Detik.com Jakarta – Pengusaha penyewa toko alias tenant di mal mengungkapkan dampak yang terjadi apabila liburan panjang atau cuti bersama di akhir tahun dipotong harinya. Menurut para tenant hal ini bisa membuat mal menjadi sepi.
Khususnya, mal yang berada di daerah yang bukan kota besar. Menurut Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah biasanya setiap libur panjang akhir tahun akan menjadi berkah buat mal di daerah.
Pasalnya, dengan libur panjang yang diberikan banyak orang yang pergi ke luar kota. Di sana tak jarang mereka mengisi waktu liburnya dengan nge-mal. Namun, apabila liburan dipotong, kemungkinan hal itu tidak bisa terjadi.
“Pengaruhnya ini yang tadinya para pekerja bisa ke luar kota ya, mudik, atau liburan kan mungkin jadi nggak bisa kalau dipotong. Nah ini mungkin kawan-kawan tennant di luar kota yang kena dampak utama,” ujar Budihardjo kepada detikcom, Minggu (29/11/2020).
Di sisi lain, Budihardjo juga mengatakan para peritel di mal berharap momen libur panjang bisa mendongkrak penjualan sehingga stok barang yang tertahan bisa kembali dijual.
“Kan lebaran kemarin mal ditutup, nggak bisa jual, nah natal biar tetap buka dan bisa habiskan stok,” ujar Budihardjo.
Dia pun menilai libur natal tahun ini kemungkinan bisa memberikan kenaikan penjualan bagi para peritel di mal, apalagi pihaknya juga sudah menyiapkan banjir diskon.
Namun, apabila libur panjang dipotong, Budihardjo mengatakan kenaikan penjualan akan lebih kecil daripada yang sudah diprediksi sebelumnya. Dari awalnya diprediksi naik 25-30%, bila libur dipotong cuma naik 20% saja.
“Prediksi kita, kalau dibanding tahun lalu jelas masih turun. Cuma dibanding situasi COVID kenaikan bisa 25-30%, cuma kalau libur panjang dipotong ya turun prediksinya, paling 20% aja,” ungkap Budihardjo.
Sebelumnya, pemerintah sedang mengkaji pengurangan waktu libur panjang di akhir tahun 2020. Hal itu terjadi setelah bertambahnya klaster baru penyebaran virus Corona (COVID-19) pada libur panjang sebelumnya di bulan Oktober.
Budihardjo sendiri menegaskan pihaknya akan tetap menjaga pemberlakuan protokol kesehatan di mal. Menurutnya, mal tidak akan menjadi klaster penyebaran virus Corona.
“Protokol kesehatan kita jaga ketat. Misalnya saja, ada salon itu kalau mau berkunjung reservasi dulu, jelas jadwalnya itu nggak akan menumpuk pengunjungnya,” kata Budihardjo.
“Restoran juga kan maksimal 50%, ada jaga jarak, kalau misalnya lebih ditahan tambahan pengunjungnya,” lanjutnya.