TEMPO.CO, Jakarta – PT Aero Citra Kargo atau ACK dinilai menerapkan tarif tak wajar dalam pengiriman ekspor benih being lobster atau BBL. Perusahaan tunggal yang diduga ditunjuk sebagai penyedia jasa layanan kargo ini mematok harga Rp 1.800 per ekor.
Penasihat ahli Kementerian Kelautan dan Perikanan pernah mengingatkan kejanggalan tarif kargo kepada Edhy Prabowo. Peringatan diutarakan dalam pertemuan nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan di Alana Sentul, Bogor, 22 Oktober lalu.
Penasihat Ahli Menteri Kelautan Perikanan, Effendi Gazali, membenarkan adanya pertemuan tersebut. “Benar,” katanya, Jumat, 27 November 2020. Namun Effendi tak merincikan isi kegiatan itu.
Angka Rp 1.800 yang dinilai terlampau mahal bahkan sudah turun dari tarif sebelumnya. Pada awal masa pembukaan ekspor BBL, ACK mematok harga sampai Rp 2.300 per ekor.
Tarif yang ditetapkan PT ACK kini sembilan kali lipat lebih besar daripada perusahaan lainnya. Sejumlah penyedia layanan serupa menawarkan harga lebih murah, yakni Rp 200 per ekor.
Tingginya tarif pengiriman melalui ACK ditengarai terjadi karena perusahaan tersebut selalu menggunakan jasa pesawat carter berjenis Airbus dalam pengiriman benih bening lobster ke luar negeri.
Dalam ekspor perdana 12 Juni lalu, misalnya, ACK dibantu oleh pelaksana lapangan, PT Perishable Logistics Indonesia (PLI), mengirimkan benur ke Kota Chi Minh City, Vietnam, menggunakan pesawat VN 5630 melalui Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Padahal benur yang dikirim hanya sekitar 100 ribu ekor atau 14 koli. Eksportir saat itu memaklumi tingginya harga pengiriman karena jadwal penerbangan langka akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Namun setelah PSBB dilonggarkan dan pesawat kargo reguler mulai beroperasi, ACK disinyalir tetap menggunakan armada carter berjenis Airbus. Tingginya tarif pengiriman diduga tak semata karena ACK menggunakan jasa pesawat carter.
Sebab, duit hasil pengiriman ini ditengarai masuk ke banyak kantong, seperti Edhy Prabowo dan staf khususnya, Andreau Pribadi. Andreau dikabarkan berperan penting dalam penunjukan ACK sebagai perusahaan freight forwarder.
Sumber Tempo yang mengetahui proses pengiriman ekspor benih lobster mengatakan PLI, yang merupakan pelaksana lapangan, hanya memperoleh Rp 300 dari Rp 1.800.
480p low geselecteerd als afspeelkwaliteit1080p geselecteerd als afspeelkwaliteitpowered by AdSparc
Sisanya disinyalir masuk ke kantong ACK senilai Rp 250, Andreau Rp 250, dan Edhy Prabowo Rp 1.000. CEO Anugerah Tangkas Transportindo Siswadhi Pranoto Loe, induk usaha PLI, diduga terlibat penentuan harga.
Direktur PT Grahafoods Indo Pasifik Chandra Astan mengatakan eksportir sejak awal mempertanyakan tingginya tarif pengiriman. Pengusaha juga menggumam lantaran tarif pengiriman dipatok per ekor.
Namun, kata dia, eksportir tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan jasa ACK. “Kalau tidak, prosesnya akan dipersulit. Saya pernah mencoba sekali,” tuturnya.
Tempo menghubungi dua nomor telepon seluler Direktur ACK Lutpi Ginanjar melalui panggilan dan pesan untuk mengkonfirmasi hal ini. Namun kedua nomor telepon tersebut hingga kini tidak aktif.