Jakarta – Menteri Keuangan Sri Muryani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2021 hanya mencapai 3,7%. Prakiraan ini lebih rendah dari 5% yang ditetapkan dalam APBN.
Namun, Menteri Keuangan mengatakan pemulihan ekonomi mulai pulih kembali, sesudah menghadapi varian Delta Juli-September. Hal ini didukung dengan penanganan pandemi yang tepat untuk meningkatkan mobilitas masyarakat. “Awalnya tahun 2021 diperkirakan merupakan tahun pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi 5%, namun ternyata hanya 3,7% yang mungkin terjadi,” katanya, Senin (3 Januari 2022).
Menteri Keuangan mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi di bawah target APBN terkait erat dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi negatif sebesar 0,74% pada kuartal pertama. Setelah itu, laju perekonomian kembali pulih dengan kinerja 7,07%. Namun, pada kuartal III, pandemi Covid-19 memperlambat pertumbuhan ekonomi menjadi 3,5%.
“Mudah-mudahan bisa mencapai 5 persen pada kuartal IV. Secara keseluruhan, sekarang sekitar 3,5 hingga 4 persen,” katanya.
Selain itu, Menkeu menegaskan optimisme penguatan pemulihan ekonomi tercermin dari perkembangan berbagai indikator, termasuk kepercayaan konsumen yang meningkat menjadi level 118,5. Dengan pelayanan yang melebihi level sebelum Covid. Di sisi ritel, penjualan mencapai 10,1 dan juga meningkat.
Baca Juga : Sri Mulyani: Ekonomi Tahun Ini Bisa Capai 4 Persen
“Output manufaktur juga meningkat sejak 53,5 pada Desember, dengan ekspor tumbuh 49,7% dan impor 52,6%. Konsumsi listrik industri 14,5 dan industri tumbuh permintaan. Adaptasi atau konsumsi daya positif,” tambahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Menteri Keuangan terus menyikapi pandemi Covid-19 sebagai kunci untuk menghidupkan kembali aktivitas masyarakat. “Ini adalah contoh dari semua kegiatan masyarakat dalam aksi, dan ada satu kegiatan ekonomi yang mendorong pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Di sisi lain, asumsi inflasi makroekonomi masih rendah sebesar 1,87% dibandingkan dengan asumsi makroekonomi APBN yang ditetapkan sebesar 3%. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga naik sebesar 14.312 rupee dari asumsi makro sebesar 14.600 rupee. Suku bunga SBN 10 tahun diperkirakan sebesar 6,35%, dibandingkan dengan asumsi makro sebesar 7,3%.
“Hal ini terlihat dari realisasi rasio modal pinjaman sebesar 5,89% yang relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2020,” kata Menkeu.
Di sisi lain, asumsi lain, pencapaian harga minyak, mencapai US$68,5/barel dari asumsi makro US$45/barel. Hal ini erat kaitannya dengan efek positif dari ledakan bahan baku. “Dibandingkan dengan asumsi makro 705 Rb/jam, produksi minyak rendah atau mencapai 662 Rb/jam, dan produksi gas mencapai 982 Rb/jam dengan asumsi makro 1.007 Rb/jam,” tutup Menkeu.