ArahNegeri.com – Pusat Data Nasional (PDN) mengalami gangguan serius karena serangan siber ransomware. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, para peretas meminta tebusan sebesar Rp 131 miliar untuk mengembalikan akses.
Serangan terhadap PDN ini berdampak luas pada sejumlah instansi pemerintah, termasuk sistem keimigrasian yang mengalami gangguan serius.
Ditjen Imigrasi mengkonfirmasi bahwa serangan terhadap PDN telah menyebabkan gangguan dalam layanan keimigrasian. Informasi ini disampaikan melalui unggahan resmi Ditjen Imigrasi di akun Instagram mereka pada Kamis (20/6).
“Saat ini sedang terjadi gangguan kesisteman pada Pusat Data Nasional (PDN) sehingga berdampak pada seluruh layanan keimigrasian,” ucap Ditjen Imigrasi.
Pemerintah sedang berupaya keras untuk melakukan perbaikan. Menko Polhukam Hadi Tjahjanto mengungkapkan bahwa ada permasalahan teknis yang menjadi penyebab gangguan pada pusat data.
“Kemungkinan ada permasalahan-permasalahan teknis yang kita juga ketahui jangan sampai terjadi di kemudian hari. Biasa kan, kalau peralatan-peralatan mesti ada kelemahannya yang perlu kita antisipasi,” ungkap Hadi.
“Mudah-mudahan tidak terjadi lagi, dan ini perlu back up kan sebetulnya, ya. Itu mungkinkah back up-nya juga, juga jadi permasalahan,” tambahnya.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pihaknya masih dalam proses pengumpulan informasi terkait gangguan yang dialami Pusat Data Nasional (PDN) RI. Polri terus berusaha untuk melakukan perbaikan.
“Kita sedang mengumpulkan informasi dan sedang kita dalami, bekerja sama dengan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) apakah kendala teknis atau ada hal lain,” kata Sigit di The Tribrata, Jakarta Selatan, Senin (24/6/2024).
Secara umum, sistem data memiliki potensi menjadi sasaran serangan. Polri terus memantau setiap perkembangan yang terjadi. Selain itu, menurut Sigit, upaya-upaya perbaikan terus dilakukan sebagai langkah lainnya.
“Jadi tentunya kita mengikuti setiap perkembangan, apalagi yang potensial itu muncul dari serangan ada beberapa sistem keamanan yang tentunya harus kita jalani dengan cara-cara salah satunya adalah bahwa sistem keamanan harus menggapai tier tertentu sehingga kemudian akan terjadi lebih aman,” jelasnya.
“Tentunya kita selalu mengikuti semuanya, melakukan perbaikan-perbaikan sistem keamanan negara ini,” imbuh dia.
210 Data Instansi Terdampak
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan bahwa sebanyak 210 data instansi pemerintah terpengaruh oleh serangan peretas. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, menyatakan bahwa instansi pemerintah yang terkena serangan meliputi pemerintah di daerah.
“Dari data yang terdampak ada 210 instansi, baik itu di pusat maupun daerah. Tadi, (Ditjen) Imigrasi berhasil melakukan relokasi dan menyalakan layanannya. Kemudian, LKPP sudah on, Kemenko Marves juga ada perizinan sudah on, dan (Pemerintah) Kota Kediri sudah on, dan yang lainnya lagi dalam proses. Jadi, kita memigrasi data-datanya,” ujar Semuel di Gedung Kementerian Kominfo.
Sampai saat ini pemerintah berupaya untuk terus melakukan pemulihan. Belum diketahui kapan akan pulih, Semuel hanya menjanjikan secepatnya ditangani.
“Nah ini prosesnya bagaimana, kecepatannya harusnya bisa dipercepat apabila ada koordinasi antara tenant dengan penyedia layanan cloud-nya,” kata Semuel.
Lebih lanjut, Dirjen Aptika menyebutkan berbagai pihak terkait, mulai dari Kominfo, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Cyber Crime Polri, Telkom, dan instansi pemerintah terkait lainnya terus menelusuri penyebab serangan siber ransomware tersebut.
“Memang untuk masalah sekarang adalah investigasi atau digital forensik dan kami masih berproses, jadi sabar dulu. Dan, karena ini varian baru, jadi kami berkoordinasi dengan berbagai organisasi, baik dalam maupun luar negeri untuk serangan ransomware ini. Jadi, saat ini belum bisa dijabarkan lebih detail lagi,” pungkasnya.
Peretas Minta Tebusan Rp 131 Miliar
Budi Arie mengonfirmasi bahwa ada permintaan uang tebusan dari peretas.
“Menurut tim, (uang tebusan) 8 juta dolar,” ujar Budi Arie di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/6/2024). Budi menjawab pertanyaan wartawan apakah ada permintaan uang tebusan di balik serangan ransomware itu.
Dia tak berbicara banyak mengenai uang tebusan itu. Dia langsung meninggalkan wartawan karena hendak mengikuti sidang kabinet paripurna bersama Presiden Joko Widodo.
“Ini serangan virus LockBit 3.0,” jelasnya.
Baca Juga : Jaga Kondusifitas Pemilu 2024 Kominfo, Bawaslu, dan Polri Akan Kolaborasi
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari ArahNegeri.com. Untuk kerjasama lainnya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.