Arahnegeri.com – Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Praptono, menjelaskan tiga tujuan di balik kebijakan Merdeka Belajar.
Merdeka Belajar adalah pendekatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai minatnya, serta mengembangkan bakat dan kontribusi mereka untuk kemajuan bangsa.
Praptono menjelaskan bahwa alasan pertama kebijakan Merdeka Belajar diterapkan adalah karena rendahnya tingkat literasi dan numerasi siswa di Indonesia, terutama di jenjang pendidikan dasar hingga menengah.
“Kita semua tahu, anak kita sungguh sangat rendah kemampuan literasinya,” kata Praptono di Global Islamic School 2 Serpong, Tangerang Selatan belum lama ini.
Alasan adanya program Merdeka Belajar
Praptono menambahkan bahwa rendahnya tingkat literasi pelajar Indonesia termanifestasi dalam skor Programme for International Student Assessment (PISA), yang masih menunjukkan kebutuhan akan perbaikan yang signifikan.
Selain itu, hasil asesmen nasional yang dilakukan oleh Kemendikbud Ristek juga menunjukkan tingkat literasi yang rendah di kalangan pelajar Indonesia.
“Bahkan di satuan-satuan pendidikan kita melihat anak-anak kita memiliki kemampuan litetasi yang menuntut pada kita semua bekerja keras untuk melakukan perbaikan,” ujarnya.
Alasan selanjutnya, kata Praptono adalah, numerasi atau kemampuan berpikir pelajar Indonesia yang juga terbilang masih rendah karena skor literasi rendah.
“Bahkan karena literasinya buruk, maka numerasinya juga buruk. Ini tantangan awal yang menginspirasi Mas Menteri (Nadiem Makarim) untuk melakukan kebijakan Merdeka Belajar,” lanjut dia.
Sementara alasan terakhir dibentuknya kebijakan Merdeka Belajar adalah untuk menumbuhkan kembali karakter Indonesia pada pelajar.
Sebab, karakter Indonesia pada pelajar Indonesia mengalami pengikisan karena dampak dari perkembangan teknologi yang pesat.
Dia menambahkan, kemajuan teknologi yang begitu pesat berdampak pada kehidupan tidak lagi bisa dibatasi. Ternyata anak-anak juga memiliki kerapuhan terhadap karakter Indonesia.
“Sehingga komplit bahwa dunia pendidikan kita itu sedang berada dalam situasi yang tidak bagus,” jelas Praptono.
Baca Juga : Merayakan Semangat Baru di Hardiknas 2024: Bergerak Bersama Menuju Merdeka Belajar #SelamatHARDIDKNAS2024
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari Arahnegeri.com.Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainnya.