Jakarta, Arahnegeri.com–Siapa Sapardi Djoko Damono? Ilustrasi sosok yang muncul di Google Doodle hari ini merupakan sastrawan nasional. Selain terkenal sebagai penyair, Sapardi juga dikenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan pakar sastra.
Ilustrasi sosok sastrawan yang terkenal dengan salah satu karyanya yang berjudul ‘Hujan di Bulan Juni’ ini muncul di Google Doodle hari ini lantaran pada hari ini, tanggal 20 Maret bertepatan dengan hari lahirnya Sapardi Djoko Damono.
Untuk mengenal lebih lanjut tentang sosok Sapardi Djoko Damono, simak informasi selengkapnya berikut ini.
Mengutip dari situs resmi DPAD Provinsi Jogja, Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka yang dikenal melalui berbagai karya puisinya yang khas dengan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.
Sapardi adalah anak sulung dari pasangan Sadyoko dan Sapariah. Sadyoko merupakan abdi dalem di Keraton Kasunanan, mengikuti jejak kakeknya. Sapardi lahir di Kampung Baturono, Solo, pada Rabu, 20 Maret 1940 silam.
Orang tuanya memberinya nama Sapardi karena dia lahir di bulan Sapar (menurut kalender Jawa). Menurut kepercayaan orang Jawa, orang yang lahir di bulan Sapar kelak akan menjadi sosok yang pemberani dan teguh dalam keyakinan.
Baca Juga : Suku Misterius di Indonesia yang Hidup dalam Air, Bagaimanakah Sejarah dan Faktanya?
Sapardi Djoko Damono
|
Karier Menulis Sapardi Djoko Damono
Karir menulis Sapardi dimulai sejak bangku sekolah. Ketika masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah. Kesukaannya menulis semakin berkembang saat dia kuliah di Fakultas Sastra dan Kebudayaan UGM (Universitas Gadjah Mada).
Tak hanya menulis puisi, pria yang dijuluki sajak-sajak SDD ini menulis cerita pendek pula. Sapardi juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, esai, dan sejumlah artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Dia juga cukup menguasai permainan wayang, sebab kakeknya selain menjadi abdi dalem juga bekerja sebagai dalang.
Sapardi Djoko Damono juga sempat mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Dia pun pernah menjadi dekan di sana dan menjadi guru besar serta menjadi redaktur pada majalah Horison, Basis, dan Kalam.
Penghargaan dan Karya Sastra Sapardi
Berbagai penghargaan juga pernah diraih Sapardi Djoko Damono. Di antara penghargaan yang pernah diraihnya yaitu:
- Cultural Award dari Australia (1978)
- Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983)
- SEA Write Award dari Thailand (1986)
- Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990)
- Mataram Award (1985)
- Kalyana Kretya (1996) dari Menristek RI
- Penghargaan Achmad Bakrie (2003)
Baca Juga : Presiden Jokowi Ingatkan BUMN Terus Tingkatkan Produk Dalam Negeri
Sebagai pakar sastra, Sapardi menulis beberapa buku yang sangat penting. Melansir situs Ensiklopedia Kemdikbud berikut beberapa buku yang ditulisnya:
- Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978)
- Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979)
- Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999)
- Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996)
- Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999)
- Sihir Rendra: Permainan Makna (1999)
- Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.
Adapun beberapa karya sastra asing yang pernah Sapardi terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, antara lain:
- Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Ernest Hemingway)
- Daisy Manis (Daisy Milles, Henry James)
Puisi Brasilia Modern - George Siferis
- Sepilihan Sajak
- Puisi Cina Klasik
- Puisi Klasik
- Shakuntala
- Dimensi Mistik dalam Islam karya Annemarie Schimmel
- Afrika yang Resah (Song of Lowino dan Song of Ocol oleh Okot p’Bitek)
- Duka Cita bagi Elektra (Mourning Becomes Electra oleh Eugene O’Neill)
- Amarah I dan II (The Grapes of Wrath, John Steinbeck)
Baca Juga : Simak! Daftar Wakil Indonesia di Swiss Open 2023
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari arahnegeri.com. Untuk kerjasama lainnya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.