Rangkaian disrupsi yang disebabkan oleh revolusi industri jilid keempat dan pandemi Covid-19 udah memicu banyak pengetahuan dan keterampilan menjadi usang atau tidak relevan lagi. Di pas yang bersamaan, banyak pengetahuan baru yang dikembangkan oleh lembaga peneliti dan praktisi yang bermunculan. Demikian halnya bersama dengan bidang pekerjaan baru yang banyak bermunculan. Oleh gara-gara itu, Presiden Joko Widodo tekankan agar instansi pendidikan tinggi mampu memberi tambahan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Jangan hingga pengetahuan dan keterampilan mahasiswa itu justru tidak menyongsong era depan. Pengetahuan dan keterampilan yang hebat di jaman kini bisa jadi telah tidak dibutuhkan kembali dalam lima th. atau sepuluh tahun ke depan. Mahasiswa mesti disiapkan (untuk) menguasai ilmu dan keterampilan yang relevan untuk zamannya,” tegas Presiden sementara mengakses Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) Tahun 2021 secara virtual pada Selasa, 27 Juli 2021, sebagaimana ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden.
Untuk menyikapi perihal tersebut, Presiden mendorong dunia perguruan tinggi supaya berkolaborasi dengan para praktisi dan pelaku industri. Demikian terhitung sebaliknya, di mana para pelaku industri terlalu membutuhkan talenta dan inovasi teknologi berasal dari perguruan tinggi.
“Oleh gara-gara itu, ajak industri turut mendidik para mahasiswa sesuai bersama kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berlainan dari pengalaman di dunia akademis semata,” imbuhnya.
Di samping itu, Presiden termasuk mendorong universitas untuk mengimbuhkan peluang kepada para mahasiswanya untuk mengembangkan talentanya masing-masing. Menurutnya, mahasiswa di jurusan yang serupa tidak berarti harus studi tentang hal yang sepenuhnya sama. Mahasiswa di jurusan yang serupa tidak bermakna nantinya perlu berprofesi yang sama.
“Setiap mahasiswa mempunyai talentanya masing-masing, dan talenta ini yang wajib digali, difasilitasi, dan dikembangkan. Itulah esensi dari program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar,” ungkapnya.
“Apa pun type profesi era depan, seutuhnya memerlukan hybrid knowledge dan hybrid skills. Jangan memagari disiplin pengetahuan amat kaku. Korbannya bukan cuma para alumni yang gagap menyongsong masa depan, melainkan termasuk perguruan tinggi (yang) tidak mampu membangun relevansi didalam dunia yang tengah terdisrupsi,” jelasnya.
Presiden termasuk berharap perguruan tinggi yang usianya telah tua untuk langsung jalankan peremajaan diri, peremajaan kurikulum dan sistem pembelajaran, peremajaan manajemen dan perilaku, agar tetap tangguh dan kompetitif di dunia yang baru. Bagi perguruan tinggi yang tetap muda, hal ini merupakan peluang emas karena tidak terbebani untuk membuang normalitas kerja jaman lalu.
“Perguruan tinggi baru berkesempatan untuk melompat ke langkah kerja baru, ke kurikulum baru, ke manajemen model baru. Disrupsi sekarang ini beri tambahan peluang kepada pendatang baru, kepada yang remaja untuk mendahului yang lama, yang terbebani dengan cara-cara lama,” terangnya.
Di segi lain, Presiden meyakinkan bahwa pemerintah bekerja keras untuk mengembangkan ekosistem kebijakan yang kondusif bagi pengembangan cara-cara baru yang lebih produktif dan efisien. Presiden meminta perguruan tinggi mampu membangun langkah kerja baru bersama dengan lebih progresif.
“Saya harap perguruan tinggi perlu lebih progresif di dalam membangun langkah kerja baru untuk mempersiapkan era depan para mahasiswa kita, dan untuk buat persiapan Indonesia mendahului negara-negara lain,” tutupnya.