Tim advokasi dari laskar FPI menyebut Komnas HAM hanya mengambil informasi terkait peristiwa tembak-menembak laskar FPI dan polisi dari satu pihak. Tim advokasi dari laskar FPI mengaku menyesalkan rekomendasi yang diberikan Komnas HAM.
“Menyesalkan hasil penyelidikan yang hanya berhenti pada status pelanggaran HAM dan rekomendasi untuk menempuh proses peradilan pidana terhadap pelaku pelanggaran HAM tersebut,” kata anggota tim advokasi, Hariadi Nasution, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/1/2021).
Dia menyatakan tak puas atas rekomendasi Komnas HAM. Dia bahkan menyebut Komnas HAM terlibat ‘jual-beli nyawa’.
“Menyesalkan konstruksi peristiwa yang dibangun Komnas HAM RI, terkait peristiwa tembak-menembak, yang sumber informasinya hanya berasal dari satu pihak, yaitu pelaku,” ujar Hariadi.
“Komnas HAM RI terkesan melakukan ‘jual-beli nyawa’, yaitu pada satu sisi memberikan legitimasi atas penghilangan nyawa terhadap dua korban lewat konstruksi narasi tembak-menembak yang sesungguhnya masih patut dipertanyakan. Karena, selain hanya dari satu sumber, juga banyak kejanggalan dalam konstruksi peristiwa tembak-menembak tersebut. Pada sisi lain, Komnas HAM RI ‘bertransaksi nyawa’ dengan menyatakan 4 orang sebagai korban pelanggaran HAM,” sambungnya.
Terkait pernyataan tersebut, Komnas HAM menegaskan pihaknya bekerja berdasarkan fakta. Komnas HAM menyatakan rekomendasi didasarkan bukti-bukti.
“Kami menghormati segala bentuk respons publik, termasuk dari FPI. Ada yang puas, ada yang tidak, itu hal yang wajar. Kami bekerja berdasarkan fakta, bukti, dan keterangan yang kami miliki,” kata komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara kepada detikcom, Sabtu (9/1/2021).
“Kami bisa memastikan bahwa kesimpulan yang ada didasarkan pada prinsip-prinsip penghormatan hak asasi manusia,” ujarnya.
Sementara itu, komisioner Komnas HAM lainnya, Choirul Anam, menjelaskan pihaknya tidak hanya memperoleh informasi terkait kejadian penembakan itu dari satu pihak.
“Dari polisi, FPI, masyarakat, dan ahli,” ungkapnya.
Choirul Anam juga mengatakan voice note adalah salah satu fakta penting dalam proses investigasi yang dilakukan Komnas HAM. Menurutnya, banyak data terungkap melalui voice note tersebut.
“Dalam kasus ini salah satu fakta penting adalah voice note. Dalam voice note ini, banyak hal yang bisa kita baca dan dapat. Salah satunya soal eskalasi, rendah, sedang, dan tinggi. Dalam konteks ini voice note sangat membantu. Malah terlihat posisi menjauh dan kesempatan kabur tidak diambil, malah menunggu,” jelasnya.
Jadi betulkah Komnas HAM hanya ambil keterangan dari satu pihak? Simak halaman selanjutnya.