Site icon Arah Tujuan Negeri

Keutamaan Puasa Arafah

ArahNegeri.com – Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah, sehari sebelum perayaan Idul Adha. Puasa ini dinamakan puasa Arafah karena dilakukan pada hari ketika jamaah haji sedang menjalankan wukuf di Arafah.

Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal mengutip beberapa dalil mengenai puasa Dzulhijjah dan Ayyamul Bidh. Dalam laman Rumaysho, pimpinan Pondok Pesantren Darush Sholihin tersebut menyatakan bahwa ada satu puasa yang sangat dianjurkan pada bulan ini, yaitu puasa Arafah.

Umat Muslim boleh melakukan puasa dari tanggal 1-9 Dzulhijjah, namun yang paling utama adalah puasa Arafah pada 9 Dzulhijjah. Umat Muslim dapat memilih hari-hari lain untuk berpuasa, tetapi yang terpenting adalah tidak melewatkan puasa Arafah. Dalam hadits Ibnu ‘Abbas disebutkan:

« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

Artinya: “Tidak ada satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah pun tidak bisa mengalahkan kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali sedikit pun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Jadwal dan Hukum Puasa Arafah

Puasa Arafah termasuk salah satu puasa sunnah muakad atau sangat dianjurkan terutama bagi Muslim yang tidak menunaikan ibadah Haji. Berdasarkan hadis Hafshah bin Umar bin Khattab RA, berpuasa 10 hari pada bulan Dzulhijjah menjadi amalan yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW.

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ

Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, “Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw. yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh” (HR Ahmad dan An Nasa’i)

Berikut jadwal puasa sunnah Juni 2024 yang mengacu Kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Kementerian Agama (Kemenag) RI :

Sementara itu, tiga hari pasca Idul Adha merupakan hari tasyrik atau hari makan dan minum. Sehingga, tidak dibolehkan untuk berpuasa apa pun di hari-hari tersebut. Hari tasyrik jatuh pada mulai Hari Raya Idul Adha hingga tiga hari setelahnya atau 11, 12, 13 Dzulhijjah.

Niat dan Tata Cara Puasa Arafah

Puasa sunnah sebelum Idul Adha memiliki banyak keutamaan, sehingga sayang untuk dilewatkan. Berikut ini tim detikJabar merangkum niat dan tata cara puasa Arafah.

  1. Niat

Sebagian ulama menganjurkan atau percaya akan pentingnya melafalkan niat sebelum sholat atau melakukan ibadah apapun. Umat muslim juga sudah akrab dengan melafalkan niat setiap melakukan ibadah. Berikut niat yang bisa dibacakan secara lisan maupun dalam hati.

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT”

Namun apakah niat itu harus dilafalkan? Ustad Muhammad Abduh Tuasikal dalam laman Rumaysho menyebut niat merupakan sunnah yang tidak dipersyaratkan dilafadzkan. Seperti tercantum dalam hadits:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

Artinya: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al Khottob)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:

“Sesungguhnya agama itu mudah.” (HR. Bukhari)

“Setiap ibadah itu bersifat tauqifiyyah, sudah paketan dan baku. Tidaklah terdapat ayat atau riwayat hadits tentang niat sebelum melakukan amalan. Niat adalah amalan hati dan hanya Allah Ta’ala yang mengetahuinya. Setiap orang yang melakukan suatu amalan pasti telah memiliki niat terlebih dahulu. Tidak mungkin orang yang berakal yang punya ikhtiar (pilihan) melakukan suatu amalan tanpa niat,” tulis Ustad Muhammad Abduh Tuasikal.

Sementara itu, niat pun sebetulnya dapat dilafalkan dengan bahasa Indonesia, seperti diperagakan Prof. KH.Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya, pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon. Dikutip detikJabar, Buya Yahya saat itu tengah menjelaskan rukun dalam shalat Idul Fitri maupun Adha.

“Sholat dua hari raya (Fitri atau Adha) itu sifatnya sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dikukuhkan. Rukunnya, jamaah melakukan solat pertama ‘aku niat sholat Hari Raya Idul Fitri’, langsung masuk takbir sholat sebanyak 7 kali,” tutur Buya Yahya dalam Kanal Youtube resmi Ponpes Al-Bahjah Cirebon, Al-Bahjah TV.

  1. Sahur

Seperti layaknya puasa Ramadhan, sahur sangat dianjurkan sebelum puasa Arafah. Sahur bisa menjadi kebaikan dan keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa. Tapi jika tidak menunaikan sahur pun tetap bisa menjalankan puasa dan dianggap sah.

  1. Menjauhi Hal yang Membatalkan Puasa

Tentunya saat berpuasa kita harus menjauhi hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Seperti makan dan minum dengan sengaja, melakukan hubungan suami istri, dan lain-lain. Kita harus menjaga emosi dan nafsu kita agar tak membatalkan puasa.

  1. Menyegerakan Berbuka Puasa

Selayaknya puasa biasa, kita harus menyegerakan berbuka puasa seperti yang dilakukan Rasulullah SAW. Dikutip dari buku Al-Islam karya Said Hawwa, Malik bin Amir Abu Athiyyah pernah berkata kepada Aisyah RA: Ada dua orang di antara kami, yang satu menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, dan yang satunya lagi mengakhirkan berbuka puasa dan menyegerakan makan sahur.

Aisyah berkata: Siapa di antara mereka berdua yang menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur? Aku menjawab, ‘Abdullah bin Mas’ud’. Ia berkata ‘seperti itulah yang dahulu dikerjakan oleh Rasulullah’ (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i, & Ibnu Majah)

Keutamaan Puasa Arafah

Ali Musthafa Siregar dalam bukunya yang berjudul Fiqih Puasa menjelaskan beberapa fadhilah atau keutamaan puasa arafah. Salah satu fadhilah puasa arafah adalah penghapus dosa-dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

“Hari arafah adalah hari yang paling banyak Allah SWT bebaskan hamba-hambanya dari api neraka.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Muslim:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية

Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim). Mereka yang ingin berpuasa Arafah 9 Dzulhijjah dianjurkan untuk melafalkan niat puasa sunnah Arafah di malam harinya.

Maka dari itu puasa Arafah disebut sunnah muakad karena tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW. Seperti dalam hadits:

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ

Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, “Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh.” (HR Ahmad dan An Nasa’i)

Sementara itu, puasa sunah arafah disunahkan bagi orang yang bukan haji, sedangkan orang yang sedang haji ada penjabarannya sebagai berikut:

Jika ia sampai ke arafah siang hari, maka sunah baginya tidak berpuasa. Tidak baik ia berpuasa, bahkan suatu pendapat makruh ia berpuasa.

Jika ia sampai ke arafah malam hari dalam keadaan musafir atau sakit, maka sama hukumnya dengan yang sampai ke arafah siang hari.

ika ia sampai ke arafah malam hari bukan dalam keadaan musafir atau sakit, maka sunah baginya berpuasa. (Mughnii al-Muhtaaj Juz 2 Hal. 183)

Itulah tadi jadwal, niat, dan tata cara puasa Arafah. Semoga Allah SWT menerima amalan kita pada Idul Adha tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Aamiin.

Baca Juga : Makna dan Keutamaan Puasa Dzulhijjah dalam Islam

Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari ArahNegeri.com. Untuk kerjasama lainnya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.

Exit mobile version