Site icon Arah Tujuan Negeri

Yuk Simak 15 Pahlawan Nasional Asal Jawa Barat dan Profilnya

Jakarta, Arah Negeri Memperingati Hari Pahlawan 2022, ada baiknya kita mengetahui tokoh-tokoh pahlawan nasional yang berjasa atas kemerdekaan Indonesia. Banyak pahlawan nasional yang berasal dari tatar Sunda.

Pahlawan nasional asal Jawa Barat ini bahkan di tahun 2022 ini bertambah daftarnya. Secara resmi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima tokoh yang telah diseleksi melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Gelar tersebut diresmikan melalui Keputusan presiden RI Nomor 96 TK Tahun 2022.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada lima tokoh yang telah diseleksi melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Gelar tersebut diresmikan melalui Keputusan presiden RI Nomor 96 TK Tahun 2022.

Adalah H Ahmad Sanusi yang kini telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional baru. Ia merupakan seorang kiai asal Sukabumi yang menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Selain H Ahmad Sanusi, ada banyak pahlawan nasional asal Jawa Barat lainnya yang telah lebih dulu dikenal. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tokoh pahlawan asal Jawa Barat.

Baca Juga : Jelang Hari Pahlawan, TNI, Polri dan Ormas di Tanjungsari Bersihkan Tugu Juang

1. H Ahmad Sanusi

Lahir pada 18 September 1889 di Desa/Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Sebagai ulama besar, Ahmad Sanusi Ulama memiliki ciri khas selalu mengenakan peci hitam. Dalam sebuah prasasti yang terletak di Gedung KAA Bandung, nama KH Ahmad Sanusi tersemat di sana. Ia merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

KH Ahmad Sanusi juga mendirikan organisasi Persatuan Umat Islam atau PUI. Dahulu, ia pernah menjadi tahanan Belanda karena terlibat dalam upaya-upaya perlawanan terhadap penjajah.

Sebelumnya Ahmad Sanusi sempat memperoleh penghargaan Bintang Maha Putera Utama dari Presiden Soeharto pada 1992, kemudian Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menganugerahkan Bintang Maha Putera Adipradana kepadanya di tahun 2009.

2. Ir. H. Juanda Kartawijaya

Adalah satu pahlawan yang berjasa dalam perjuangan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan adalah Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja. Pria kelahiran Tasikmalaya tersebut mengawali pendidikan dengan bersekolah di Holland Indlandsch School (HIS) yang merupakan tempat ayahnya mengajar hingga akhirnya lulus dari ITB tahun 1933.

Pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan Indonesia pada 2 periode dan menjadi Perdana Menteri Indonesia ke-10 menggantikan Ali Sastroamidjojo, Djoeanda terkenal dalam Deklarasi Djoeanda yang menegaskan wilayah kedaulatan maritim Indonesia. Disebutkan bahwa Indonesia mempunyai corak tersendiri sebagai negara kepulauan serta merupakan satu kesatuan sejak dahulu kala dan juga menentang ketentuan ordonansi 1939 yang dianggap dapat memecah belah keutuhan NKRI.

3. Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, 4 Desember 1884. Ia adalah putri dari keluarga terpandang yang memiliki keinginan untuk menjadi guru. Tahun 1904, ia wujudkan cita-cita itu dengan membangun sekolah perempuan di Bandung dengan nama Sakola Istri. Muridnya berjumlah 20, dengan tiga tena apendidik. Mata pelajaran yang diajarkan adalah menyuci, menyetrika, menjahit, mencuci, menyulam, dan membatik.

Ruangan Kepatihan Bandung jadi saksi berjalannya kegiatan belajar mengajar, hingga ruangan tersebut tak mampu lagi menampung murid yang terus bertambah. Enam tahun kemudian, Sakola Istri berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri. Hingga 1929, Belanda memberi dukungan dengan menyediakan bangunan baru dan akomodasi sekolah. Nama sekolah tersebut akhirnya diubah menjadi Sekolah Raden Dewi.

4. R. Otto Iskandardinata

Di sekitar daerah tengah kota Bandung, terdapat jalan Otista atau singkatan dari jalan Otto Iskandardinata. Nama pahlawan tersebut diabadikan menjadi nama jalan, sebab ia adalah pahlawan dari Jawa Barat yang berperan pada kebangkitan Bangsa.

Ia mempunyai julukan Si Jalak Harupat, karena dikenal sebagai pejuang dengan kejujuran dan keberaniannya. Otto Iskardinata terkenal sangat berani melawan penjajah di negeri ini. Ia dikenal sebagai seorang yang berani dan non kooperatif terhadap kebijakan Belanda. Diperkirakan pada 20 Desember 1945, Otto dihabisi di Pantai Mauk, Banten.

5. Laksamana Laut R.D. Eddy Martadinata

Wargi Bandung pasti tak asing dengan jalan LL.R.E. Martadinata. Nama jalan tersebut diambil dari salah satu pahlawan nasional dan putra Bandung. Laksamana Eddy Martadinata dilahirkan di kota Bandung pada tanggal 29 Maret 1921.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan sebuah buku sendiri tentang Laksamana R.E. Martadinata. Tertulis bahwa sang Laksamana adalah orang pertama dalam jajaran TNI-AL yang mempero1eh pangkat Laksamana. Laksamana Eddy Martadinata dikenal sebagai pejuang dan pemimpin yang telah menunjukkan rasa cinta terhadap Negara dan Bangsa lebih dari lainnya. 21 tahun dari masa kehidupannya, telah diserahkan ke Ibu Pertiwi.

6. Mohammad Toha

Mohammad Toha adalah pahlawan Jawa Barat kelahiran Bandung. Ia adalah seorang komandan Barisan Rakjat Indonesia, sebuah kelompok pejuang pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Toha mulai mengenal dunia militer dengan memasuki Seinendan.

Setelah Indonesia merdeka, Toha terpanggil untuk bergabung dengan badan perjuangan Barisan Rakjat Indonesia (BRI). Ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang cerdas, disiplin, dan pemberani. Ia menjadi salah satu pahlawan yang berperan dalam peristiwa Bandung Lautan Api. Kini, namanya dikenang menjadi salah satu jalan di kota Bandung.

7. Ki Bagus Rangin

Biasa dikenal dengan Bagus Rangin, ia merupakan tokoh ternama di Cirebon. Ia merupakan seorang pemimpin dari kelompok perlawanan rakyat Cirebon untuk kepada penjajah belanda. Ki Bagus Rangin selalu berdakwah, agar rakyat mendapat semangat nasionalisme dan moral agama. Bagus Rangin merupakan pemimpin yang bertanggungjawab, mencintai rakyat, dan mampu menjadi contoh bagi masyarakat dari sikap positif yang diajarkannya.

8. Suwarsih Djojopuspito

Perempuan kelahiran Bogor, 20 April 1912 ini adalah seorang penulis Indonesia. Ia menulis novel dalam 3 bahasa, yaitu bahasa Sunda, bahasa Belanda, dan bahasa Indonesia. Ayahnya buta huruf, tetapi mampu menjadi dalang wayang kulit dalam 3 bahasa (Jawa, Sunda, dan Indonesia).

Ia dan kakak perempuannya, Nining, bersekolah di Kartini School Bogor. Sekolah tersebut merupakan Sekolah Dasar selama tujuh tahun khusus perempuan. Ia kemudian meneruskan dengan beasiswa ke MULO, lalu mendapat beasiswa penuh di Europeesche Kweekschool, Surabaya. Europeesche Kweekschool merupakan sekolah guru Belanda saat itu. Ketika Suwarsih bersekolah di sana, hanya ada 2 orang pribumi dari 28 murid.

Dengan kepandaian dan kesempatan belajar yang ia peroleh, pada zaman pendudukan Pemerintah Dai Nippon, ia memutuskan menjadi guru Sekolah Dasar Dai-ichi Menteng. Hidupnya harus berpindah-pindah dan sempat berhenti mengajar. Namun, ia terus menuangkan gagasannya melalui novel dan buku-buku. Suwarsih wafat pada 1977, mendapat kehormatan dimakamkan di Pemakaman Tamansiswa Taman Wijayabrata di Celeban, Umbulharjo – Yogyakarta.

9. Raden Ayu Lasminingrat

Ialah seorang pahlawan perempuan yang berfokus pada kemajuan kaum perempuan Garut, Jawa Barat. Lasminingrat adalah putri dari penghulu dan ahli sastra yang populer dari wilayah Pasundan.

Sakola Kautamaan Istri dibangun Lasminingrat di tahun 1907, namun saat itu sekolah hanya untuk perempuan kaum terpandang. Sebagian kurikulumnya didapat dari ilmu yang diperoleh dari Belanda seperti membaca, menulis, serta pelajaran pemberdayaan kaum perempuan. Ia menggabungkan pendidikan gaya barat dan adat Sunda agar mudah dipelajari oleh rakyat.

Kepandaiannya dalam berbahasa Belanda sangat diapresiasi oleh seorang pengelola perkebunan dari Belanda yang bernama K F Holle, karena bisa menerjemahkan cerita-cerita Grimm bersaudara. Karya tulisnya yang populer adalah Warna Sari, sebuah cerita pendek tentang ambisi serta tekad perempuan dalam mengikhtiarkan haknya termasuk tentang masalah percintaan dan perjodohan.

10. KH. Zainal Mustafa

Kiai Haji Zainal Mustafa merupakan pahlawan Indonesia yang dikenal berani memberontak penguasa, baik pada masa kolonial Belanda maupun Jepang. Berusaha menyeimbangkan antara membela Bangsa dan ilmu agama, ia mendirikan Pondok Pesantren Sukamanah pada 1927.

K.H. Zainal Mustafa pernah ditangkap dan dipenjarakan di Sukamiskin. Pada zaman penjajahan Jepang, ia tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Hal ini membuat Pesantren Sukamanah sempat diserang oleh tentara Jepang. Pertempuran berdarah pun tak bisa terelakkan dan sang Kiai berhasil tertangkap.

11. Nyi Raden Rachmatulhadiah Poeradiredja

Ia dikenal dengan nama Emma Poeradiredja. Menjadi salah satu anggota Jong Java yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo, ia turut berperan memperjuangkan persatuan pelajar pribumi dan memantapkan nilai kesenian serta pengetahuan umum.

Tahun 1927, ia dan teman-temannya seperti Artini, Sumardjo, Ayati, Emma Sumanegara, dan lainnya membuat Dameskring. Dameskring adalah lembaga khusus pemuda pemudi Indonesia yang berpusat pada penggalangan nilai bangsa Indonesia lewat beberapa acara, seperti membuat organisasi perempuan.

Dari situ ia terjun langsung dalam Kongres Pemuda Indonesia kedua yang diselenggarakan di Jakarta (Batavia) pada 1928. Setelah Kongres Pemuda tersebut, terbentuklah PASI atau Pasundan Istri, organisasi perempuan Jawa Barat dalam memperjuangkan kodrat dan kebutuhan rakyat Jawa Barat.

12. Raden Siti Jenab

Nyi Raden Siti Djenab Djatradidjaja mengenalkan pendidikan perempuan di Cianjur dari pintu ke pintu. Ia adalah salah satu wanita yang pernah bersekolah di Sekolah Raden Dewi. Semangatnya untuk berkembang dan menyalurkan ilmu tak putus begitu saja. Ia dirikan sekolah di Cianjur dengan metode sekolah yang mirip dengan tempatnya menempuh pendidikan dahulu. Kurikulum yang diajarkan yaitu berupa bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Belanda, Matematika dasar, edukasi tentang budi pekerti ,sampai edukasi praktis buat para perempuan, misalnya membuat batik serta merenda.

13. Kiai Haji Noer Ali

Pejuang kemerdekaan Indonesia ini lahir di Bekasi, Jawa Barat. Ia adalah seorang pemimpin Islam dan Tentara Mahasiswa selama Revolusi Nasional. Pada tahun 1937 KH. Noer Alie bersama Hasan Basri membentuk dan memimpin organisasi Persatuan Pelajar Betawi.

Dalam laman resmi Portal Informasi Indonesia, tercatat bahwa pada tahun 1947 KH Noer Ali terlibat pada pertempuran sengit di Karawang-Bekasi dengan tentara penjajah Belanda. Ia memerintahkan warga dan pasukannya untuk membuat bendera merah putih ukuran kecil untuk dipasang di setiap pohon dan tiang, agar mempertegas keberadaan Indonesia dan siap mempertahankan kemerdekaannya.

14. Iwa Koesoema Soemantri

Lahir: 1899, wafat: 1971, keterangan: Aktivis kemerdekaan, ahli hukum, dan politikus, penetapan pada tahun 2002.

Iwa Koesoemasoemantri lahir Ciamis pada tahun 1899. Ia dikenal sebagai Tokoh Hukum Penggagas ‘Proklamasi’ dan pengarang Indonesia. Iwa juga pernah menjadi menteri pada zaman pemerintahan Soekarno di Indonesia.

Pada era Soekarno ia mengusulkan pada Bung Karno dan Bung Hatta agar naskah proklamasi yang semula bernama Maklumat Kemerdekaan diganti menjadi Proklamasi.

Iwa juga merupakan Rektor Universitas Padjadjaran (Unpad) yang pertama. Namanya pun diabadikan sebagai nama kampus di Unpad. Ia meninggal di Jakarta, 27 September 1971 dan dimakamkan di TMP Kalibata.

15. Achmad Soebardjo

Achmad Soebardjo merupakan seorang aktivis kemerdekaan dan menteri pemerintahan. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2009.

Lahir di Karawang tahun 1896 dan wafat tahun 1978, Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo semasa hidupnya berkiprah sebagai tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia, ia juga merupakan Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama.

Baca Juga : Presiden yang Akan Hadir di KTT G20 Di Bali 2022

Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari arahnegeri.com. Untuk kerjasama lainya bisa kontak email tau sosial media kami lainnya.

Exit mobile version