Jakarta – Juru Bicara Pemerintah untuk Vaksinasi dari Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan vaksinasi kepada 1 juta lebih tenaga kesehatan telah dilaksanakan. Untuk menekan pandemi COVID-19 pemerintah terus mengimbau penegakan disiplin 3M dan 3T.
Protokol kesehatan 3M terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Sementara protokol kesehatan 3T terdiri dari testing, tracing, dan treatment.
“Saat ini kita sudah punya 630 laboratorium pemeriksa tes PCR, tapi ini tidak merata di seluruh Indonesia, sehingga kita harus meningkatkan tes kita. WHO sendiri sudah merekomendasikan screening menggunakan tes rapid antigen untuk mendiagnosa COVID-19,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/1/2021).
Ia mengatakan tujuan penggunaan tes rapid antigen ini membantu secara cepat mendeteksi penularan dan dengan begitu pemerintah bisa cepat menelusuri kontak-kontak pasien. Sehingga kasus bisa ditemukan lebih dini dan penanganan juga bisa dilakukan lebih dini.
“Dengan rapid antigen ini apabila hasilnya positif seharusnya sudah bisa melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil tes PCR,” ujar dr. Siti.
Ia menambahkan di sisi lain dalam proses pelacakan kasus, pihaknya sangat membutuhkan kerja sama masyarakat. Masyarakat diminta mengingat siapa saja orang yang pernah kontak dengan dirinya. Tentu keterbukaan masyarakat juga diperlukan saat pernah melakukan kontak dengan pasien positif sehingga mau melakukan tes.
“Sebenarnya 3M dan 3T ini saling berhubungan dan berkesinambungan. Maka 3M dan 3T serta vaksinasi ini harus dilakukan bersama,” jelasnya.
Sementara itu Ahli Epidemiologi FKM UI, dr. Syahrizal Syarif menjelaskan tes rapid antigen memang disetujui oleh WHO sebagai alat diagnosis dalam keadaan tertentu, sensitivitasnya juga di atas 80% dan spesifitas di atas 97%. Ia memandang ini sebagai sebuah terobosan dari Kemenkes.
“Saya mendukung langkah pemerintah memberlakukan tes rapid Antigen sebagai alat diagnostik. Situasi ini memang akan meningkatkan laporan kasus, namun seperti kata Menteri Kesehatan, kita jangan panik kasus harian kita nanti meningkat,” katanya.
Ia mengatakan strategi melakukan tes dengan lebih cepat itu bagus, karena kalau tidak menemukan kasus secepat mungkin, maka wabah tidak bisa cepat dikendalikan. Kuncinya bukan sekadar puskesmas punya tes rapid antigen, melainkan cara puskesmas mampu menelusuri kontak dengan baik.
Dalam situasi seperti ini, masyarakat tetap harus mengikuti protokol 3M, terutama untuk kerumunan penting sekali kita hindari. Pemerintah kita tentunya memperkuat 3T, selain kita juga harus mengikuti langkah-langkah pemerintah terutama pada saatnya nanti, masyarakat harus siap vaksinasi,” pungkasnya.
(mul/ega)