Site icon Arah Tujuan Negeri

Sederet Kisah Pilu Warga AS Korban PHK Imbas Corona

Detik.com, Jakarta – “Saya tidak punya penghasilan,” begitu lah kisah pilu yang diungkapkan oleh Sarah Groome, wanita berusia 35 tahun yang bekerja sebagai manajer acara untuk tim sepak bola liga utama di Pennsylvania. Karirnya direnggut oleh pandemi COVID-19 dan dia kehilangan pekerjaannya.

Melansir BBC, Jumat (4/12/2020), selama enam bulan dia menerima tunjangan pengangguran dari pemerintah, tetapi pembayaran itu menyusut saat program ditutup musim panas ini. Sejak Oktober, dia tidak menerima apa-apa.

“Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan secara finansial,” katanya.

Bahkan dia telah melamar pekerjaan dan mungkin sudah lebih dari 100 kali dia mencoba itu. Dirinya pun mengaku ketakutan dengan keadaannya.

“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” ungkapnya.

Dirinya telah menghabiskan enam bulan tunjangan pengangguran standarnya pada awal Oktober dan dia berupaya untuk meminta perpanjangan bantuan darurat terkait pandemi. Dia telah menelepon puluhan kali sehari dalam upaya untuk menyelesaikan masalah itu.

Dia menemukan pekerjaan ritel paruh waktu sementara yang menghasilkan sekitar US$ 100 seminggu dan mengumpulkan tabungan untuk membayar sewa, asuransi kesehatan, dan kebutuhan pokok lainnya.

Sarah tidak percaya bahwa anggota parlemen akan membiarkan bantuan pemerintah menghilang begitu saja.

“Ini membuat frustrasi karena banyak orang di Washington tidak terluka seperti kami sehingga mereka tidak memahami betapa pentingnya bagi orang yang membutuhkannya,” katanya.

Sementara itu, di antara pengangguran lainnya, keputusasaan tumbuh.

“Bagi saya pribadi, ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya,” kata Stephanie Freed, 32 tahun.

Sebelum pandemi, dia adalah seorang teknisi listrik dan perancang pencahayaan yang berbasis di New York untuk hiburan live. Sayangnya dia tidak bekerja lagi sejak akhir Februari dan kini memulai sebuah organisasi untuk melobi Kongres tentang masalah yang terjadi.

“Saya telah membangun karier dan membangun kehidupan dan bekerja sangat keras untuk berada di tempat itu, yang telah dilakukan semua orang dan kami kehilangan hal-hal itu bukan karena kesalahan kami sendiri,” ujarnya.

Derrick Cisneros, yang bekerja sebagai terapis perilaku di California hingga Maret, mengatakan dia masih berjuang untuk mendapatkan cek pengangguran US$ 300 yang dia terima setiap dua minggu. Bahkan dia terpaksa meminta tolong teman sekamarnya dan keluarganya untuk mendapatkan bantuan.

“Saya terlambat membayar sejumlah pembayaran dan saya benci meminta uang kepada orang-orang, jadi saya mencoba menabung setiap sen yang saya dapatkan,” kata pria berusia 35 tahun itu.

Dia telah melamar pekerjaan yang membutuhkan lebih sedikit kontak langsung dengan orang lain dan berpartisipasi dalam survei penelitian online untuk mendapatkan uang tambahan. Dia baru-baru ini menyusun petisi online yang ditujukan kepada Presiden Donald Trump.

“Itu sangat mengganggu saya, di sini [presiden] bermain golf sepanjang hari dan di sini saya mencoba menghasilkan US$ 2 per jam,” katanya.

Sedikitnya, sekitar 12 juta orang Amerika akan segera menghadapi dilema serupa. Pada Maret, anggota parlemen AS menyetujui lebih dari US$ 2,4 triliun dalam bantuan ekonomi untuk bisnis dan rumah tangga, dalam upaya untuk meredam tekanan ekonomi karena pandemi membuat lebih dari 20 juta orang kehilangan pekerjaan dan tingkat pengangguran melonjak menjadi hampir 15 %.

Tetapi dukungan pemerintah telah menyusut sejak musim panas dan beberapa program utama, termasuk tunjangan bagi pekerja yang menganggur dan orang-orang yang tidak bekerja selama lebih dari enam bulan akan berakhir pada akhir Desember.

Exit mobile version